
BOBIE.INFO. Matabu. Anak daun (pelepah muda) kelapa sawit yang berlubang adalah gejala umum yang menandakan adanya serangan hama, terutama ulat pemakan daun. Ini merupakan masalah serius yang perlu diidentifikasi dan ditangani segera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan kehilangan hasil.
- Penyebab Utama (Hama):
- Ulat Pemakan Daun (Leaf-Eating Caterpillars): Ini adalah penyebab paling umum. Beberapa spesies ulat yang paling sering merusak daun muda sawit:
- Ulat Api (Setora nitens):Ulat berwarna hijau kebiruan/hitam dengan duri-duri beracun di tubuhnya. Sangat rakus dan hidup berkelompok.
- Ulat Kantong (Mahasena corbetti dan Metisa plana):Ulat membuat “kantong” pelindung dari serpihan daun dan hidup di dalamnya. Mereka menjulurkan kepala untuk memakan daun di sekitarnya.
- Ulat Bulu (Thosea spp., Darna trima):Ulat berbulu (sering beracun) yang memakan permukaan daun.
- Spodoptera spp. (Ulat Grayak):Ulat yang sangat polifag dan rakus, bisa menyerang dalam populasi tinggi.
- Kumbang (Beetles): Beberapa jenis kumbang (misalnya kumbang badak Oryctes rhinoceros) bisa merusak pucuk dan daun muda saat mencari makan, meskipun lebih dikenal merusak batang.
- Belalang (Grasshoppers/Locusts): Dalam populasi tinggi, belalang bisa menggerogoti daun muda.
- Gejala yang Diamati:
- Lubang-lubang tidak beraturan pada helaian anak daun (terutama daun yang masih dalam proses membuka atau daun muda di pucuk).
- Daun terlihat “robek” atau “koyak”.
- Bekas gigitan di tepi daun.
- Pada serangan berat, hanya tersisa tulang daun (midrib) atau daun menjadi seperti jaring.
- Kehadiran ulat itu sendiri, kotoran ulat (feses), kepompong, atau kantong pelindung (untuk ulat kantong).
- Daun muda mengering, menguning, atau mati jika kerusakan sangat parah.
- Pertumbuhan tanaman terhambat, terutama pada tanaman muda (TBM).
- Faktor yang Meningkatkan Risiko Serangan:
- Populasi Musuh Alami Rendah: Burung, laba-laba, semut, tawon parasit, dan predator alami lainnya yang mengendalikan ulat berkurang.
- Kondisi Lingkungan: Cuaca kering atau musim kemarau seringkali memicu ledakan populasi ulat tertentu.
- Sanitasi Kebun Buruk: Gulma yang lebat atau sisa-sisa tanaman yang tidak dibersihkan bisa menjadi tempat persembunyian atau sumber hama.
- Pemupukan Tidak Seimbang: Terutama kelebihan Nitrogen, yang dapat membuat daun lebih “enak” dan lunak bagi hama.
- Minimnya Monitoring: Tidak dilakukan pemeriksaan rutin terhadap gejala serangan dini.
- Dampak Kerusakan:
- Penurunan Luas Daun Hijau: Lubang mengurangi luas permukaan daun untuk fotosintesis (proses pembuatan makanan).
- Penurunan Produksi: Berkurangnya fotosintesis berarti tanaman menghasilkan lebih sedikit energi untuk pengisian buah, berpotensi menurunkan produksi TBS (Tandan Buah Segar) baik secara kualitas maupun kuantitas, terutama pada periode berikutnya.
- Gangguan Pertumbuhan: Pada tanaman belum menghasilkan (TBM), kerusakan daun muda sangat menghambat pertumbuhan.
- Meningkatkan Kerentanan: Tanaman yang stres karena kerusakan daun lebih rentan terhadap serangan hama/penyakit lain.
- Biaya Pengendalian: Jika serangan parah, diperlukan biaya tambahan untuk pengendalian.
- Strategi Penanganan (Pengendalian Terpadu):
- Monitoring Rutin: Lakukan pengamatan berkala (minimal sebulan sekali) terutama di pucuk tanaman untuk mendeteksi gejala awal dan keberadaan ulat/kantong. Periksa bagian bawah daun.
- Pengendalian Fisik/Mekanis:
- Pengutipan Ulat/Kantong:Kumpulkan dan hancurkan ulat, kepompong, dan kantong yang ditemukan secara manual. Gunakan sarung tangan untuk ulat berbulu/berduri!
- Sanitasi Kebun:Bersihkan gulma, sampah daun, dan sisa-sisa tanaman yang bisa menjadi sarang hama.
- Pengendalian Hayati (Biological Control):
- Pemanfaatan Musuh Alami:Lindungi dan dukung populasi predator (laba-laba, kumbang koksi, semut) dan parasitoid (tawon parasit telur/larva).
- Pelepasan Agen Hayati:Pada kondisi tertentu, bisa dilakukan pelepasan agen hayati seperti parasitoid (misalnya Trathala flavoorbitalis untuk ulat api) atau bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) yang sangat efektif mengendalikan ulat muda.
- Pengendalian Kimiawi (Insektisida): Sebagai opsi terakhir jika serangan sudah sangat parah (>50% daun terserang) atau populasi ulat sangat tinggi.
- Pilih insektisida yang spesifik target (terdaftar dan diizinkan untuk sawit) seperti insektisida berbahan aktif Spinosad, Emamektin benzoat, Klorantraniliprol, atau Bacillus thuringiensis (Bt).
- Aplikasikan sesuai dosis dan waktu yang tepat (biasanya saat ulat masih muda).
- Rotasikan jenis insektisida untuk mencegah resistensi.
- Utamakan penyemprotan spot treatment ke area serangan daripada seluruh kebun.
- Praktik Budidaya Baik:
- Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi.
- Pemeliharaan jalan kontrol dan drainase.
Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) yang sesuai. (bobie)