
BOBIE.INFO. Matabu, Artikel ini sudah tayang di channel Youtube Agus Susanto tangal 6 Juli 2020.— Dalam seri pembelajaran daring bersama Dokter Sawit, para pelaku industri perkebunan kelapa sawit kembali diingatkan untuk mewaspadai salah satu penyakit daun yang umum menyerang pembibitan, yakni penyakit bercak daun (leaf spot). Penyakit ini meski dikategorikan sebagai penyakit minor pada tanaman menghasilkan, namun di pembibitan justru menjadi salah satu gangguan utama yang bisa mengancam kelangsungan bibit kelapa sawit.
Penyebab utama penyakit bercak daun adalah berbagai jenis jamur patogen seperti Curvularia spp., Pestalotiopsis spp., Helminthosporium spp., Alternaria spp., hingga Drechslera spp.. Ciri khas bercaknya antara lain nekrosis terbatas dengan warna kehitaman dan pusat bercak yang lebih pucat. Jika tidak dikendalikan, bercak akan menyatu dan menyebabkan daun mengering total hingga tanaman mati.
Menurut Dr. Agus Susanto, ahli dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), penyakit ini sangat mudah menyebar karena sporanya terbawa angin. Terlebih lagi, keberadaan gulma sebagai inang alternatif seperti rumput Axonopus compressus, Digitaria, dan Cyperus iria memperparah penyebaran penyakit ini. Hal ini menyebabkan penyakit bercak daun kerap muncul berulang di lokasi pembibitan.
Faktor-Faktor Pemicu Infeksi:
- Keterlambatan pemindahan bibit dari polybag kecil ke besar.
- Pertumbuhan gulma tak terkendali di sekitar area pembibitan.
- Drainase buruk yang menyebabkan genangan air berkepanjangan.
- Jarak tanam terlalu rapat, kurang dari 90 cm.
- Pemupukan tidak seimbang, terutama kelebihan nitrogen.
- Penyiraman berlebih yang memicu kelembapan tinggi.
- Iklim dan angin, terutama di musim pancaroba yang meningkatkan risiko infeksi.
Langkah-Langkah Pengendalian:
Pencegahan:
- Pemindahan bibit sesuai jadwal (3 bulan).
- Penyiangan gulma rutin.
- Pemupukan berimbang sesuai dosis.
- Penyiraman tepat sesuai kebutuhan tanaman.
- Penjarangan bibit agar jarak tanam sesuai standar (segitiga sama sisi 90 cm).
Pengendalian Kuratif:
- Seleksi dan isolasi bibit terinfeksi.
- Sanitasi jaringan sakit (daun terinfeksi dipotong dan dimusnahkan).
- Pengaplikasian fungisida secara rotasi setiap 7–10 hari selama 3–4 bulan.
Beberapa bahan aktif fungisida efektif antara lain:
- Azoxystrobin
- Benomil
- Difenokonazol
- Klorotalonil
- Tembaga oksiklorida
- Trifloxystrobin
Dr. Agus menegaskan pentingnya rotasi bahan aktif fungisida agar jamur tidak resisten, serta menyarankan agar aplikasi dihentikan hanya setelah tunas-tunas baru bebas infeksi.
“Selama daun baru belum terinfeksi, fungisida harus tetap diberikan secara rutin,” tutupnya.
Penyuluhan ini disampaikan melalui kanal YouTube Dokter Sawit, dan mendapat antusiasme tinggi dari para petani serta teknisi lapangan. Diharapkan dengan edukasi berkelanjutan ini, pelaku perkebunan dapat meningkatkan kewaspadaan serta produktivitas tanaman sawit dari sejak fase pembibitan. (bobie)