

BOBIE.INFO. Matabu. Proses memasak nasi dengan wajan besar atau kawah, yang dalam bahasa daerah sering disebut mangawah, merupakan tradisi kuliner yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan Indonesia, khususnya saat menggelar acara besar seperti pernikahan, syukuran, atau kegiatan adat.
Alat utama yang digunakan adalah wajan/kawah besar dari besi atau baja tebal, yang mampu menampung puluhan kilogram beras. Wajan ini diletakkan di atas tungku batu bata yang kokoh, dengan bahan bakar kayu bakar yang menyala stabil untuk menjaga suhu panas secara merata.
Langkah awal dimulai dengan mencuci beras hingga bersih, kemudian air dimasukkan ke dalam kawah dan dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu, beras dimasukkan dan dimasak sambil terus diaduk secara perlahan dengan pengaduk kayu panjang. Tujuan dari pengadukan ini adalah agar nasi tidak hangus di dasar kawah dan matang merata.
Setelah nasi mulai mengembang dan air menyusut, nasi akan terlihat setengah matang atau aron. Pada tahap ini, nasi biasanya diangkat dari kawah dan dikukus ulang dalam dandang besar agar hasilnya lebih pulen dan tidak menggumpal. Beberapa daerah langsung melanjutkan pemasakan di kawah dengan teknik khusus agar nasi tetap empuk tanpa dikukus ulang.
Seluruh proses membutuhkan keterampilan, kekompakan, dan perhatian, karena sedikit saja lengah, nasi bisa gosong atau kurang matang. Proses ini juga sering dilakukan secara bergotong royong, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan dalam masyarakat lokal. (Bobie)