
BOBIE.INFO. Barito Timur – Dalam proses pembibitan kelapa sawit, seleksi bibit atau yang biasa disebut kaling menjadi tahapan penting untuk memastikan hanya bibit berkualitas yang dipelihara hingga siap ditanam. Seleksi ini dilakukan agar perkebunan mampu menghasilkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) maksimal selama 25 hingga 30 tahun ke depan.
Proses kaling dilaksanakan secara berkala sejak masa prenursery atau tiga bulan pertama. Pada tahap ini, bibit diperiksa secara teliti dan yang tidak memenuhi standar mutu akan dimusnahkan. Umumnya seleksi dilakukan dua kali, yakni saat bibit berumur 45 hari dan 90 hari sebelum dipindahkan ke tahap main nursery.
“Dari 1.000 bibit, biasanya ada puluhan yang harus dikaling. Meski terlihat seperti kerugian, namun ini adalah investasi jangka panjang agar produksi tidak menurun di kemudian hari,” jelas salah satu planter.
Adapun jenis bibit abnormal yang ditemukan di antaranya:
- Kringkel: daun keriting dan tidak normal.
- Cimera: daun bergaris kuning dari pangkal hingga ujung yang menandakan potensi produksi rendah.
- Kulvularia: penyakit pada bibit yang bisa dikendalikan pestisida, namun pada kasus ringan lebih baik dimusnahkan agar tidak menular.
- Kolante: daun tidak membuka dengan sempurna.
- Twist dan Rolif: daun berputar atau menggulung.
- Grass Lift: daun mirip lalang, memanjang tanpa melebar.
- Kerdil: bibit tumbuh kecil tidak seimbang dengan bibit normal.
Sementara itu, bibit normal memiliki ciri pertumbuhan sehat, daun membuka sempurna, ukuran seragam, dan tidak menunjukkan gejala kelainan.
“Tujuan dari kaling adalah mendapatkan bibit first class. Dengan begitu, kita tidak akan rugi 30 tahun ke depan karena salah memilih bibit,” tambahnya.
Seleksi bibit kelapa sawit ini menjadi langkah strategis bagi para pekebun agar mampu menghasilkan kebun produktif dan berkelanjutan.